Sabtu, 12 Mei 2012

MENGUAK MISTERI HARI KARTINI


Penulis: Muhammad Daeng Sanu


Hiruk pikuk menjelang hari Kartini yang jatuh pada tanggal 21 April, banyak persiapan yang dilakukan untuk merayakannya. Terutama bagi ibu-ibu yang mempunyai anak kecil yang masih sekolah. Perayaan hari Kartini kerap ditandai dengan pawai busana daerah. Pameran aurat, dan busana telanjang ala Kartini, dan busana daerah dengan berbagai warna dan modelnya. Tak lebih dari pawai maksiat dan mengundang murka Allah.

MENGENAL KISAH KARTINI

Nama Kartini sebenarnya baru meledak sedemikian tenar pasca diterbitkannya kumpulan surat-menyuratnya (Korespondensi) dengan para Nonik Belanda. Kumpulan surat yang diberi judul ”Door Duisternis tot Licht” (Habis Gelap Terbitlah Terang) itu sendiri diterbitkan 14 tahun setelah kematiannya. Dan inilah yang patut digaris bawahi, penerbitnya adalah Belanda sang penjajah negeri ini.


Menjadi menarik jika kita cermati apakah gerangan maksud Belanda di balik semua itu. Mengapa kita patut curiga dengan maksud negeri yang telah mengeruk kekayaan perut Indonesia selama 3,5 Abad ini. Karena tidak mungkin negara yang tabiatnya adalah penjajah melakukannya dengan tanpa tujuan yang besar di baliknya. Belanda boleh saja tak menjajah Indonesia lagi secara fisik namun haram bagi mereka jika melepaskan Indonesia secara cuma-cuma karena negara inilah (baca: Indonesia) yang telah menghidupi negeri Kincir Angin tersebut selama 350 Tahun.

Pengkultusan Kartini adalah salah satu buah manis yang dihasilkan dari penanaman benih sejarah oleh Belanda melalui diterbitkannya buku Habis Gelap Terbitlah Terang. Melalui buku itu Belanda ingin mendoktrin otak-otak generasi Indonesia selanjutnya (utamanya wanitanya) agar mempelajari sosok Kartini dan meniru serta melanjutkan ide-ide Kartini yang tentunya telah dipoles sedemikian rupa oleh Belanda.

Jika kita berfikir lebih jernih, mengapa hanya Kartini saja tokoh wanita yang di Blow-Up sebegitu besarnya dalam sejarah yang dikonstruksi oleh Belanda? Bukankah di negeri ini dahulu juga banyak tokoh wanita yang juga tak kalah dengan Kartini dan bahkan lebih hebat dan besar jasanya bagi bangsa ini daripada Kartini. Jika Kartini hanya berkutat pada ide-ide dan diskusi dengan para Tokoh Belanda melalui surat-menyurat, maka masih lebih hebat Dewi Sartika (1884-1947) yang tidak hanya sekedar berwacana tentang pendidikan kaum wanita, namun juga mendirikan Sakola Kautamaan Istri (1910) yang berdiri di berbagai tempat di Bandung dan luar Bandung.

Kemudian ada lagi Rohana Kudus yang menyebarkan ide-idenya secara langsung melalui koran-koran yang ia terbitkan sendiri sejak dari Sunting Melayu (Koto Gadang, 1912), Wanita Bergerak (Padang), Radio (padang), hingga Cahaya Sumatera (Medan). Apalagi dengan Cut Nyak Dhien yang merupakan sosok wanita pejuang yang sangat tangguh hingga membuat Belanda sangat merasa terancam dengan pengaruh wanita yang satu ini di tengah-tengah masyarakat Aceh kala itu. Beliau berjuang bahkan dengan mengangkat senjata.

SERUAN EMANSIPASI KARTIINI DAN KAUM LIBERAL

Hari Kartini identik sebagai hari emansipasi wanita. Dalam sejarahnya, Kartinilah yang tercatat sebagai tokoh pejuang emansipasi wanita atau kesetaraan gender. Di zaman ini, kesetaraan gender juga diperjuangkan kaum liberal atas nama HAM.

Liberal atau Kartini memilkiki misi yang sama, dalam memperjuangkan keadilan versi HAM. Yakni keadilan dalam berbagai hak dan kewajiban antara kaum lelaki dan wanita. Padahal perbedaan antara kaum laki-laki dan wanita dalam berbagai sisi begitu jelas, baik fisik, kejiwaan, kecondongan dan kodrat. Uapay ini, ujung-ujungnya merongrong ayat-ayat al-qur’an yang sudah qoth’i dan valid serta merupakan ketatepan yang baku.

Keadilan dalam pandangan Kartini adalah upaya mendudukan peran wanita dan laki-laki setara dalam berbagai hal. Maka, atas nama HAM, banyak terjadi di zaman ini orang-orang yang merubah alat kelamin. Jika ditelaah, lelaki memiliki peran dan tanggung jawab yang berbeda dengan kaum wanita yang nota bene sebagai pihak yang berada dibawah tanggung jawab kaum laki-laki. Tentu, sebagai pihak penanggung jawab ‘wajar’ jika Allah menetapkan pembagian lebih dari kaum wanita.

Ini lantaran Allah ingin menegaskan bahwa kaum lelaki adalah pemimpin yang paling bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Dikarenakan pula bahwa kaum lelaki adalah pemangku paling bertanggung jawab dalam menafkahi. Inilah maksud firman Allah: “Laki-laki itu adalah pemimpin bagi wanita”

Konon, saking begitu besar peran Kartini dalam memperjuangkan hak-hak wanita yang kebablasan, lahirlah lirik lagu gubahan tentang Hight Profile Kartini yang sarat dengan kesyirikan dan pengungan.

Dalam lirik lagu tersebut nampak jelas begitu terpujinya Kartini ini. Terbukti dengan diproklamirkannya penyebutan putri yang mulia pada beliau. Dan ada lagi satu bait dalam lirik lagu tersbut yang juga dapat kita kritisi bersama, yaitu pada kata”Sungguh besar cita-citanya bagi Indonesia.”

Karena perjuangan Kartini inilah, ia djuluki sebagai wanita pendobrak kegelapan, menuju terang benderang. Padahal, seruan Kartini tak lebih sebuah seruan jahiliyah yang mengarah para wanita menuju jurang-jurang neraka, dalam bahasa qur’an disebut: minannuri iladzulumaati.

KESIMPULAN

Setidaknya, Kartini menjadi icon perubahan kaum wanita Indonesia dalam kancah kehidupan yang justeru merong-rong batas-batas Allah dan kodrat wanita. Kehadiran Kartini, memang tidak dipungkiri telah berjasa memperjuangkan tanah air dari penjajahan Belanda. Tetapi, jangan lupa bahwa efek berbahaya dari seruan sesatnya menjadi konten yang sangat memerlukan kritik, untuk tidak kemudian menjadi teladan bagi generasi Indonesia. Hal-hal itu dapat kita simpulkan sbb;

Pertama; Misi emansipasi. Jelas merupakan misi yang berbahaya bagi kelangsungan hidup wanita dan generasi bangsa. Bagaimana pun kaum wanita tidak pantas menyetarakan peran sertanya sebagaiman halnya peran kaum lelaki. Wanita memiliki halangan-halangan secara kodrah dan firoh, yang tidak sama dengan kaum lelaki.

Kedua: Tata Busana. Cara busana ala Kartini menjadi kritik pedas, yang tidak patut ditiru bagi wanita Indonesia. Islam mengajarkan waniat menutup aurat. Demikian yang dicontohkan oleh para shahabiyah dalam berbagai bidang yang sesuai kodratnya. Hal ini sebagaimana yang telah ditegaskan dalam qur'an; al Ahdzab : 39, an-Nuur: 33

Ketiga: politik. Dalam soal politik, Kartini cukup banyak ikut mempengaruhi politik terutama dalam uapayanya melawan penjajah. Sebagaimana Cuk Nyak Dien, Dewi Sartika dll, juga para pejuang wanita yang tak boleh dilupakan. Merekalah yang ikut serta terjuang ke medan tempur mengomando pertempuran melawan penjajah. Adalah hal yang layak ditapaki jejaknya, sebagaimana yang telah dicontohkan oleh generasi shahabiyah terbaik umat islam dari salaful ummat.

Oleh karena itu, jauh sebelum itu, sejak ribuan tahun silam, citra wanita islam yang telah menorehkan sejarah emas dalam tinta sejarah islam mengajarkan banyak pelajaran dan keteladan dan inspirasi yang amat indah untuk dilukiskan mengalahkan wanita manapun di dunia ini.

Tidak ada teladan terbaik bagi wanita selain para shahabiyah yang mendapatkan jaminan ridha dan diridhai Allah. Tidak ada kemuliaan selain kemuliaan meneladani napak tilas generasi shahabiyah yang mengagumkan dalam segala dimensinya. Baik ekonomi, politik, budaya, social dan berbagai keuatamaan mereka yang menakjubkan hati setiap insan. Merekalah sebaik-baik teladan dan inspirasi. Wallahua’lam.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar